I'm shocked. Yes, i really2 shocked. Padahal saya sudah merasa siap untuk menghadapinya, tapi tetap saja ada sebersit perih di hati. When I say i would letting go, doesn't mean i really let go. Honestly, I can't. I lied, patheticly, I am.
28 Mei 2011
25 Mei 2011
i wish you love, my dearest. :)
"Sudahkah kamu bahagia disana?"
Kubayangkan kamu menyunggingkan senyum di wajah teduhmu.
Lalu kamu menggenggam tanganku,
dan mengatakan, "terimakasih atas semuanya".
Seperti komputer, kita restart kembali semuanya.
Aku dan kamu bisa lagi saling tersenyum,
bisa kembali berbicara tanpa ada lagi yang tersakiti.
Dan sama-sama memanjatkan doa tulus untuk kebahagiaan semua.
Dengan caranya masing-masing.
I wishing you love, my love. :')
23 Mei 2011
i'm not a quitter.
winners never quit, and quitters never win
Have you heard this quote? Thanks for Bill Rancic, my newest idol from tv reality show "Giuliana and Rancic" for introduce me to this powerful quote. Indeed, i need some good words for lifting up my mood (and also my soul).
As far as i know my self, i recognizing my self not as a QUITTER. I hate being lost and i am eager my self to be a winner. That's what my parents said. And that's what life has taught me. I realize that so many obstacle ahead, but i never afraid. It's only a few things that i'll deal with.
Bukankah semua dalam hidup kita itu terdiri dari banyak rintangan dan halangan? Mulai dari kita lahir sampai kita mati, semua itu adalah ujian. Sewaktu kita bayi, kita harus belajar untuk belajar apapun, makan, berjalan, itu ujian. Ketika kita anak-anak, kita belajar untuk menghadapi orang lain, berteman dengan orang lain, itu ujian. Ketika mulai masuk sekolah, menghadapi bukan hanya pelajaran tapi lingkungan yg lebih kompleks. Teman, guru dan mulai berhadapan dengan rasa terhadap lawan jenis. Itu ujian. Dan seterusnya sampai pada saat sekarang ini.
Dengan sekian tahun yang kita hadapi (baik yang berhasil maupun yang tidak?), masihkah kita meragukan diri kita untuk bisa melewati apa yang akan kita hadapi di depan? We should be ashamed then.. Apa karena rintangan yang hanya sekian bulan meruntuhkan perjuangan yang hampir seumur hidup kita lakukan?
Be more grateful for everything that we've earned. Besar atau kecil, penting atau tidak itu bukan yang utama. Yang paling penting adalah PUASKAH KITA AKAN SEMUA ITU?
09 Mei 2011
marriage-phobia
Haha what a lame topic. MARRIAGE. Pernikahan. Seperti sedang membicarakan keinginan kita untuk bunuh diri. Oke, itu sarkastik kok, bukan kenyataan. Tapi mungkin untuk beberapa orang, pernikahan bukan sesuatu yang nyaman untuk dibicarakan.
Saya termasuk salah satunya. Bukan karena saya TIDAK INGIN menikah, hanya saja saya sering bertanya-tanya, "HARUSKAH KITA MENIKAH?"
Terus terang saya sadar dengan kodrat saya sebagai wanita yang pada akhirnya harus menikah, punya keluarga ( yang berarti punya anak termasuk didalamnya) dan selanjutnya merawat anak dan suami. Saya juga sangat sadar kalo semua itu butuh proses, lama atau sebentar tidak bisa kita prediksi. Tapi apakah kemudian menjadi salah ketika kita memilih untuk menikah di usia 30, 40, 50 atau bahkan tidak menikah tapi bahagia?
Dua hari yang lalu saya ngobrol banyak dengan calon adik ipar saya, dan saya menumpahkan segala kegundahan hati saya. Saya sempat berpikir, "apakah mungkin selamanya saya akan menjadi seperti ini, having a very loooooong relationship and will stay like this forever?" Sebenarnya dalam hati saya, saya merasa tidak ada masalah dengan status "pacaran lama" seperti sekarang, hanya saja lingkungan sepertinya mengharapkan lebih. Saya pada akhirnya letih menjawab pertanyaan bernada, "kapan nyebar undangannya?" Oh geez, orangtua saya saja tidak pernah memaksa saya untuk cepat menikah, kenapa saya harus mengikuti aturan-aturan yang dibuat oleh manusia?
Sounds very personal for me, ya, karena buat saya hal yang bersifat prinsip dan pribadi seperti ini TIDAK BOLEH diintervensi oleh pihak manapun, termasuk orangtua. Apalagi komentar-komentar tentang keyakinan pasangan saya, well, siapa kita yang semena-mena menghakimi sesama manusia?
Saya termasuk salah satunya. Bukan karena saya TIDAK INGIN menikah, hanya saja saya sering bertanya-tanya, "HARUSKAH KITA MENIKAH?"
Terus terang saya sadar dengan kodrat saya sebagai wanita yang pada akhirnya harus menikah, punya keluarga ( yang berarti punya anak termasuk didalamnya) dan selanjutnya merawat anak dan suami. Saya juga sangat sadar kalo semua itu butuh proses, lama atau sebentar tidak bisa kita prediksi. Tapi apakah kemudian menjadi salah ketika kita memilih untuk menikah di usia 30, 40, 50 atau bahkan tidak menikah tapi bahagia?
Dua hari yang lalu saya ngobrol banyak dengan calon adik ipar saya, dan saya menumpahkan segala kegundahan hati saya. Saya sempat berpikir, "apakah mungkin selamanya saya akan menjadi seperti ini, having a very loooooong relationship and will stay like this forever?" Sebenarnya dalam hati saya, saya merasa tidak ada masalah dengan status "pacaran lama" seperti sekarang, hanya saja lingkungan sepertinya mengharapkan lebih. Saya pada akhirnya letih menjawab pertanyaan bernada, "kapan nyebar undangannya?" Oh geez, orangtua saya saja tidak pernah memaksa saya untuk cepat menikah, kenapa saya harus mengikuti aturan-aturan yang dibuat oleh manusia?
Sounds very personal for me, ya, karena buat saya hal yang bersifat prinsip dan pribadi seperti ini TIDAK BOLEH diintervensi oleh pihak manapun, termasuk orangtua. Apalagi komentar-komentar tentang keyakinan pasangan saya, well, siapa kita yang semena-mena menghakimi sesama manusia?
what the.... ??
oke this is weird.
Kemaren akun blog ini sempat hilang beberapa hari, sampai2 saya membuat akun baru. Dan ternyata.. voila.. Dia muncul lagi.
Sangat aneh.
Kemaren akun blog ini sempat hilang beberapa hari, sampai2 saya membuat akun baru. Dan ternyata.. voila.. Dia muncul lagi.
Sangat aneh.
Langganan:
Postingan (Atom)