19 September 2009

jealousy.

Saya sungguh iri.
Iri pada orang-orang yang ada di sekeliling saya.
Saya iri kenapa di usianya yang seperempat abad, dia sudah mendapatkan semuanya.
Menikah, bekerja dan sekarang menikmati saat-saat menjadi ibu.
Saya juga iri pada dia yang bisa mendapat restu kedua orangtua.
Padahal saya masih begini-begini saja.
Apalagi dengan dia, yang mendapatkan kehidupan yang lebih baik setelah berpacaran dengan orang asing.

Sungguh saya betul-betul iri.

Tapi untuk apa?
Iri hanya membuang energi positif dan megunpulkan energi negatif.

Saya yakin,
Tuhan menciptakan makhluknya sempurna.
Rejeki setiap makhluknya sesuai dengan porsinya.
Saya yakin, rejeki saya pun ada dan sesuai dengan kemampuan saya.
Kemampuan untuk mengatur dan menjaganya.
Dan mungkin saat ini belum saatnya bagi saya untuk mendapatkan rejeki saya.

So,
why have to worry?

Cheers.

P.S: Hari ini hari terakhir puasa, berarti besok sudah lebaran. Maaf lahir bathin ya. Semoga kita kembali fitri. :)

17 September 2009

mata merah

Ya, itulah yang terjadi pada saya belakangan ini.
Selamat tinggal muka cantik dan selamat datang mata merah.
*langsung tetesin obat mata biar mendingan.

Semenjak puasa hari pertama, saya memang tidak bisa menikmati waktu tidur saya.
Kebanyakan waktu malam saya malah melek,
dan siangnya saya justru baru tidur.
Huh, jam biologis saya terbalik.
Makanya saya jadi gampang terkena penyakit.

Tapi, diluar bulan Ramadhan pun saya masih sulit tidur cepat.
Baru bisa tidur kalau ayam2 tetangga *lhoh emang ada yg punya ayam?* sudah mulai berkokok.
Betul-betul kebiasaan buruk.

Mudah-mudahan saya bisa mengembalikan waktu tidur saya seperti semula.
kebali seperti waktu saya belum menyentuh hal yang bernama SKRIPSI.

Oia, selamat sahur. Sekarang sudah jam 03.15 AM, berarti sekarang sudah waktunya sahur.

Enjoy your meals. :-)

03 September 2009

today update.

Ramadhan hari ke-14.

Hari-hari terasa lambat sekali. Mungkin karena saya tidak melakukan kesibukan apa-apa saat ini. Jadi pengangguran itu sangat tidak enak. Mau apa-apa rasanya sendirian, mau pergi keluar selalu ada pertimbangan keuangan yang mengikuti di belakang.

Disaat seperti ini rasanya ingin cepat-cepat mendapat pekerjaan, tapi.. belum ada panggilan yang mampir ke saya. Untung saja ada satu-dua tawaran pekerjaan datang ke saya. Walaupun dari segi gaji mungkin tidak seberapa, tapi pekerjaan ini berkesinambungan. Kalau konsumen puas, masa kontrak saya akan diperpanjang.

Sampai detik ini, saya masih kuat bertahan pada posisi ini. Dan mudah-mudahan seterusnya akan begitu.